6 research outputs found

    OPTIMASI PEMBENTUKAN HI DAN H2SO4 PADA REAKSI BUNSEN UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI HIDROGEN

    Get PDF
    Teknologi proses produksi hidrogen secara termokimia telahmenjadi unggulan bila dikopel dengan reaktor nuklir temperatur tinggi. Proses ini hanya memerlukan energitermal untuk memecahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Implementasi rancangan eksperimen reaksiBunsen telah dilakukan. Bahan peralatan percobaan ini terdiri dari bahan kaca pyrex dan pipa teflon agar tahanterhadap serangan korosi, tekanan 2 bar dan suhu reaksi 120 oC. Percobaan telah dilakukan dengan parameterpengubah yaitu durasi reaksi, komposisi I2 dan H2O, sedangkan parameter tetap yaitu komposisi SO2,temperatur dan tekanan gas SO2 secara statis. Hasil percobaan optimasi dengan kondisi menunjukkan bahwaproduk reaksi Bunsen meningkat dengan bertambahnya fraksi I2, H2O dan durasi reaksi. Namun padapenambahan H2O peningkatan produk terbatas pada jumlah H2O 0,055 mol. Hasil analisis terhadap produkreaksi Bunsen menunjukkan bahwa reaktan yang bereaksi membentuk produk adalah sebesar 5,6 % dan reaktanyang belum bereaksi akan terus membentuk produk reaksi selama produk reaksi yang terjadi dipisahkan darireaktan

    STUDI PEMANFAATAN REAKTOR DAYA VK-300 TIPE BWR UNTUK PROSES DESALINASI

    Get PDF
    Kebutuhan air bersih semakin meningkat dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnyaberbagai macam jenis industri, namun kebutuhan ini tidak mampu disediakan secara alamiah. Untuk itu prosesdesalinasi air laut merupakan pilihan utama dan mampu menyediakan kebutuhan tersebut melalui teknologidesalinasi nuklir. Pengkopelan reaktor nuklir generasi lanjut disamping dapat memasok panas juga mampumenjalankan berbagai macam sistem bantu proses reaktor seperti pompa dan instrumen kendali. Telah dilakukanstudi pemanfaatan reaktor daya VK-300 tipe BWR yang dikopel dengan proses desalinasi. Tujuan studi iniadalah untuk mendapatkan data karakteristik energi panas yang dihasilkan PLTN yang dikopel dengan sistemdesalinasi dengan PLTN berfungsi sebagai sumber energi panas proses desalinasi. Studi dilakukan denganmelakukan penelusuran data dan informasi, serta kajian komprehensif tentang korelasi antara energi panas yangdihasilkan dari sistem dalam PLTN dengan instalasi proses desalinasi. Dari hasil kajian diperoleh bahwapemanfaatan uap panas dan tenaga listrik dari reaktor daya yang dipasok ke instalasi desalinasi mampumemberikan energi yang mengubah air laut menjadi air bebas garam. Hasil kajian terhadap prototip reaktor VK-300, tipe BWR dengan daya 250 MW(e) merupakan unit kogenerasi yang dapat memasok uap dengantemperatur 285 oC panas ke turbin ekstraksi untuk membangkitkan tenaga listrik sebesar 150 MW dan sebagianuap panas dengan temperatur 130 oC dipakai untuk proses desalinasi serta sisa uap panas disalurkan untukpemanasan rumah dan perkantoran. Pengkopelan reaktor daya VK-300 dengan instalasi desalinasi tipe MEDmenghasilkan air bebas garam dengan kualitas destilat yang tinggi (TDS = 10 ppm). Menurut perhitungan secaraekonomi reaktor VK-300 tipe BWR menghasilkan air destilat berkapasitas 300.000 m3/jam dengan biaya US$0.58/m3. Pengkopelan reaktor daya VK-300 tipe BWR dengan instalasi tipe MED secara ekonomis kompetitif

    KARAKTERISASI PROSES PENANGKAPAN PENGOTOR N2 DAN O2 PADA KARBON AKTIF SISTEM PEMURNIAN RGTT200K

    Get PDF
    RGTT200K adalah Reaktor Gas TemperaturTinggi 200MWth Kogenerasi. RGTT200K menggunakan helium sebagai pendingin. Kemurnianhelium harus selalu dijaga dari pengotor berbentuk partikel padatan dan gas. Untuk menjaminkeselamatan operasional reaktor, RGTT200K dilengkapi dengan sistem pemurnian pendingin reaktor.Ada 4 tahapan proses dalam sistem pemurnian helium untuk mengendalikan kotoran-kotoranyang muncul selama operasi, yaitu penyaringan partikulat padat, oksidasi gas pengotor, penyaringanmolekuler, dan adsorpsi kriogenik. Dalam proses pemurnian helium, temperatur dan tekanan mempunyaiperan yang sangat menentukan dalam keberhasilan pemurnian. Makalah ini membahas analisispengaruh tekanan dan temperatur terhadap proses penyaringan gas pengotor dengan Karbon Aktif.Unit operasi Karbon Aktif dimodelkan dengan software Super Pro Designer. Hasil analisismenunjukkan bahwa kenaikan temperatur dari: 200oChingga 0oC menurunkan kapasitas serap KarbonAktif terhadap O2 dari 0,000103 g/L hingga 0,000033 g/L. Sedangkan untuk pengotor N2 dengankenaikan temperatur yang sama menurunkan kapasitas serap Karbon Aktif dari 0.00009 g/L hingga0.000029 g/L. Hubungan temperatur dengan jumlah O2 dan N2 yang tertangkap oleh Karbon Aktifditunjukkan oleh persamaan linier yaitu: Y = -3.10(-7)X+2.10(-5). Kenaikan tekanan dari 5 bar hingga50 bar meningkatkan kapasitas serap Karbon Aktif terhadap O2 dari 0,000048 g/L hingga 0,000463g/L. Hubungan tekanan dengan jumlah O2 yang tertangkap ditunjukkan oleh persamaan linier: Y = -9.10(-6)X+2.10(-5). Demikian pula pada kenaikan tekanan yang sama kapasitas serap terhadap N2 meningkatdari 0,000043 g/L menjadi 0,0000405 g/L. Hubungan tekanan dengan jumlah N2 yang tertangkapoleh Karbon Aktif ditunjukkan oleh persamaan linier Y = -8.10(-6)X+2.10(-5)

    IDENTIFIKASI MIKROBA AIR LAUT DI UJUNG GRENGGENGAN SEMENANJUNG MURIA

    No full text
    Telah dilakukan karakterisasi mikroba air laut Ujung Grenggengan yang berlokasi di SemenanjungMuria. Lokasi sampel berjarak 7 km dari pantai dengan kedalaman air 4,5 m. Tujuan penelitian adalah untukmengidentifikasi mikroba air laut di Ujung Grenggengan, kawasan pantai laut Muria. Identifikasi dilakukandengan metode isolasi mikroba, analisis kandungan unsur-unsur kimia, dan mengukur faktor fisiko-kimia airlingkungan terhadap sampel air laut. Dari hasil identifikasi mikroba air laut di Ujung Grenggengan diperolehbahwa jumlah koloni bakteri pereduksi sulfat Desulfomonas pigra adalah 2x104 cfu/ml, bakteri patogenStaphylococcus aures < 106 cfu/ml, dan jamur Aspergillus ustus < 106 cfu/ml. Kandungan unsur-unsur logamyang teridentifikasi antara lain: Ca, Mg, K, Na, Ci- , SO42- , HCO32- dan Br- yang ditemukan dalam sampel airlaut akan menjadi sumber pembentukan kerak pada bagian dalam pipa atau permukaan luar komponen logam.Adanya kandungan bakteri pereduksi sulfat disertai dengan kadar sulfat yang relatif tinggi dalam sumber airbaku untuk pasokan PLTN perlu diantisipasi

    PENGENALAN MSDS BAHAN KIMIA DALAM PROSES REAKSI BUNSEN UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

    No full text
    Produksi hidrogen termokimia I-S yangmelibatkan reaksi bunsen saat ini belum dilaksanakan di Indonesia, tetapi masih dalam kajian dan eksperimen dilaboratorium. Dengan demikian, tingkat resiko tersebut belum diketahui. Oleh karena itu diperlukan pemahamandan kesadaran terhadap resiko di laboratorium. Untuk memperoleh pemahaman dan kesadaran terhadap resiko dilaboratorium tersebut, sebuah dokumen yang memuat data mengenai sifat dan karakter material, yang di sebutMaterial Safety Data Sheet (MSDS) diperlukan. MSDS merupakan dokumen mengenai pengenalan umum, sifatbahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia. Padamakalah ini diuraikan tentang pengertian dan evaluasi MSDS terhadap bahan-bahan yang diperlukan pada reaksibunsen yaitu iodine (I2), HI ,H2SO4 dan SO2. Dengan MSDS, sifat dan karakter bahan kimia yang digunakanpada reaksi bunsen yang merupakan bahan tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar akan tetapi bersifatkorosif dan reaktif terhadap logam tersebut diketahui. Dengan demikian, perlu perlakuan spesifik terhadap bahankimia tersebut yang termasuk bahan berbahaya dan beracun. Pengetahuan, pemahaman dan implementasiterhadap MSDS dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium

    KARAKTERISASI MIKROBA DALAM AIR PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

    No full text
    Telah diperoleh hasil identifikasi karakteristik bakteri yang terkandung dalam air sistem pendingin sekunder RSG-GAS berdasarkan sifat-sifat morfologi sel, sifat-sifat fisiologi sel dan respon terhadap reaksi karbohidrat serta dihitung jumlah koloni bakteri dengan metode total plate count. Sampling air dilakukan pada beberapa tempat antara lain di kolam pendingin sekunder (1), setelah lewat kran (2), seteleh sistem penukar panas (3), dan air masuk ke kolam pendingin setelah lewat kran (4). Sampel dianalisis secara mikrobiologi menurut prosedur Bergey’s Manual. Berdasarkan hasil isolasi, telah teridentifikasi adanya spesies bakteri pereduksi sulfat dari species desulfococcus multivoran. Masing-masing, lokasi (1) mengandung 7,4 x 104 cfu/ml, lokasi (2) 6,9 x 104 cfu/ml, lokasi (3) 2,8 x 104 cfu/ml, dan lokasi (4) 1,9 x 104 cfu/ml. Hasil analisis dari keempat lokasi diperoleh bahwa kandungan bakteri masih dibawah spesifikasi air pendingin sekunder yaitu <106 cfu/ml. Ukuran mikro partikel bakteri 0,5 μ masih mampu lolos dari sistem filtrasi air pendingin kecuali memakai filter bakteri semi permeable berukuran 0,22 μ. Keberadaan bakteri pereduksi sulfat yang terakumulasi membentuk lapisan dapat menimbulkan biokorosi dan pada suatu saat dapat menurunkan kemampuan sistem pertukaran panas
    corecore